BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak
lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh
dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar
maupun dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen penginvasi
dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem
imun bawaan (innate immunity system)
atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau
respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat selektivitas mekanisme
pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang
merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas
selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi
adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap
penolakan antigenik, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua
efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun. Lingkungan di sekitar
manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen, misalnya bakteri, virus,
fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan
kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem
yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.
Respon
imun seseorang terhadap terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada
kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen yang
terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang
tepat untuk menyingkirkan antigen.
Dalam
menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan
jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya.
Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini,
merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spektrum luas, yang artinya tidak
hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh
manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan
dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini,
dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara akt if dan didapat
secara pasif.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
definisi dari sistem imun?
2. Apa
fungsi sistem imun?
3. Apa
saja macam- macam dari sistem imun?
4. Apa
pengertian dari imunitas humoral?
5. Apa
pengertian dari imunitas seluler?
6. Apa
implementasi dari imunologi dalam kehidupan?
1.3. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi sistem imun.
2. Untuk
mengetahui fungsi sistem imun.
3. Untuk
mengetahui macam- macam sistem imun.
4. Untuk
mengetahui pengertian imunitas humoral.
5. Untuk
mengetahui pengertian imunitas seluler.
6. Untuk
mengetahui implementasi imunologi dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sistem Imun
Sistem
kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat
asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga
telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Setiap
sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di dalam
suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh
kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas
:
a. Pertahanan
lini pertama tubuh, merupakan bagian yang dapat dilihat oleh tubuh dan berada
pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air liur, bulu hidung,
keringat, cairan mukosa, rambut.
b. Pertahanan
lini kedua tubuh, merupakan bagian yang tidak dapat dilihat seperti timus,
limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/ leukosit, antibodi, dan
hormon.
Semua
bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus, bakteri,
jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit, hidung,
mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh dan tidak
berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian informasi pada
tiap bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10 kali lipat
dari sistem saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang berbeda-beda
untuk melindungi tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh pada manusia atau
lebih kita kenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai suatu efektor
dalam menghalau ‘musuh’ yang terdiri atas zat asing yang akan memasuki tubuh.
Istilah “Imun” berasal dari suatu istilah pada era Romawi yang berarti suatu
keadaan “bebas hutang”. Dengan demikian, sistem imun lebih tepat diartikan
sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya komunikasi antara manusia dan
lingkungan yaitu media hidupnya secara setara dan tidak saling merugikan.
Komponen Dalam Sistem Imun
Komponen
utama dalam sistem imun selain yang telah disebutkan, adalah sel darah putih.
Sistem kekebalan tubuh berkaitan dengan sel darah putih atau leukosit.
Berdasarkan adanya bintik-bintik atau granular, leukosit terbagi atas:
a. Granular,
memiliki bintik-bintik. Leukosit granular yaitu basofil, asidofil/eosinofil dan
neutrofil.
b. Agranular,
tidak memiliki bintik-bintik . Leukosit agranular yaitu monosit dan limfosit.
Selain
itu, ada juga sel bernama Macrophage (makrofag),
yang biasanya berasal dari monosit. Makrofag bersifat fagositosis,
menghancurkan sel lain dengan cara memakannya. Kemudian, pada semua limfosit
dewasa, permukaannya tertempel reseptor antigen yang hanya dapat mengenali satu
antigen. Ada juga sel pemuncul antigen (Antigen
Presenting Cells). Saat antigen memasuki memasuki sel tubuh, molekul
tertentu mengikatkan diri pada antigen dan memunculkannya di hadapan limfosit.
Molekul ini dibuat oleh gen yang disebut Major
Histocompability Complex (MHC) dan dikenal sebagai molekul MHC. MHC 1
menghadirkan antigen di hadapan limfosit T pembunuh dan MHC II menghadirkan
antigen ke hadapan limfosit T pembantu.
Limfosit
berperan utama dalam respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi atas 2
jenis yaitu limfosit B dan limfosit T. Berikut adalah perbedaan antara limfosit
T dan limfosit B:
Limfosit
B
|
Limfosit
T
|
·
dibuat di sumsum tulang yaitu sel
batang yang sifatnya pluripotensi (pluripotent
stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang (Bone Marrow)
·
Berperan dalam imunitas humoral
·
Menyerang antigen yang ada di
cairan antar sel
·
Terdapat 3 jenis sel Limfosit B
yaitu :
1.
Limfosit B plasma, memproduksi
antibodi.
2.
Limfosit B pembelah, menghasilkan
limfosit B dalam jumlah banyak dan cepat
3.
Limfosit B memori, menyimpan
mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh
|
·
dibuat di sumsum tulang dari sel
batang yang pluripotensi (pluripotent
stem cells) dan dimatangkan di timus
·
. Berperan dalam imunitas selular
·
Menyerang antigen yang berada di
dalam sel
·
Terdapat 3 jenis sel limfosit T
yaitu:
1.
Limfosit T pembantu (helper T
cells), mengatur sistem imun dan mengontrol kualitas sistem imun
2.
Limfosit T pembunuh (killer T
cells), menyerang sel tubuh yang terinfeksi oleh patogen
3.
Limfosit T supresor (supressor T
cells), menurunkan dan menghentikan respon imun jika infeksi berhasil
diatasi.
|
2.2. Fungsi Sistem Imun
Sistem
imun adalah serangkaian molekul, sel, dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit,
seperti bakteri, jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan
sistem imun untuk mengenali dan menghancurkankan serangan ini.
Sistem
imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai berikut:
·
Penangkal “benda” asing yang masuk ke
dalam tubuh
·
Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama
menjaga keseimbangan komponen tubuh yang telah tua
·
Sebagai pendeteksi adanya sel-sel
abnormal, termutasi atau ganas, serta menghancurkannya.
·
Melindungi tubuh dari invasi penyebab
penyakit dengan menghancurkan dan menghilangkan mikroorganisme atau substansi
asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus serta sel tumor) yang masuk ke dalam
tubuh.
·
Menghilangkan jaringan atau sel yang
mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
·
Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal.
Sistem
imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut imunitas.
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon
terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
2.3. Pembagian Sistem Imun
Sistem
imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut imunitas.
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon
terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem
pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Pertahanan
non spesifik, merupakan garis pertahan pertama terhadap masuknya serangan dari
luar. Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
·
Pertahanan fisik :
-
kulit
-
mukosa
-
membran
-
selaput lendir
-
silia
-
batuk
-
bersin.
·
Pertahanan kimiawi :
-
Biokimia = lisozim (keringat), sekresi
sebaseus, asam lambung, laktoferin, asam neuraminik.
-
Humoral = komplemen, interferon, CRP
·
Pertahanan seluler :
-
Fagosit = mononuklier dan
polimorfonuklier
-
Sel NK (natural killer)
-
Sel mast
-
Basofil
B. Pertahanan
spesifik, dilakukan oleh sel darah putih yaitu sel darah putih limfosit.
Disebut spesifik karena : dilakukan hanya oleh sel darah putih limfosit,
membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi
pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit
berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan antibodi. Pertahanan spesifik
dibagi menjadi 2 bagian:
·
Humoral = sel limfosit B
-
IgD
-
IgM
-
IgG
-
IgE
-
IgA
·
Seluler = sel limfosit T
-
Th1
-
Th2
-
Ts
-
Tdth
-
Tc
Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap
Pertama
Proses
pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh
memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit
menjadi penghalang bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata
memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan cara mencuci dan melarutkan
mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh glandula sebaceae
mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap
patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh
paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring
udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh
tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim
adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran dinding sel bakteri atau
patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil
melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedia akan aktif.
Proses Pertahanan Non Spesifik
Tahap Kedua
Inflamasi
merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen
atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang
rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel
darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah
akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena
sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing
tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag
atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut
dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh
dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa
racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna
bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak
berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru (alveolar macrophage), hati (sel-sel Kupffer), ginjal (sel-sel mesangial), otak (sel–sel microgial), jaringan penghubung
(histiocyte) dan pada nodus dan
spleen. Acidofil/ Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar.
Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim
penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit,
protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein
antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari
sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan
spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi
oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila
patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen
tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai
oleh limfosit.
Pertahanan Spesifik : Imunitas
Diperantarai Antibodi
Untuk
respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini,
dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon
imun sekunder.
Jika
sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan
histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang
sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B
memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama
menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel
Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel
Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1
limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya.
Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada
respon imun primer.
Suatu
saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang
menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen
yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati.
Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi
kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang
dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang
seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen
itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
Pertahanan Spesifik : Imunitas
diperantarai Sel
Untuk
respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah
limfosit T. Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh
kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka
patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak
bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan
dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang
sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit
T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T
memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika
antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu
mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk
menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan
lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin
2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik.
Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel
yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja
mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga
isinya keluar dan mati.
Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi
adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya dibuat oleh limfosit
B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan huruf Y. Bentuk lengan
ini akan menentukkan beberapa macam Ig yang ada, yaitu IgM, IgG, IgA, IgE, dan IgD.
Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang pertama kali muncul. Jenis
lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit B akan membuat Ig yang
sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan limfosit T saat antigen
menyerang.
Antibodi
juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara mengikatkan
antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel yang ingin
dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai kemampuan ini.
Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh makrofag. Antibodi
mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya menjadi lebih mudah
menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM
dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai
kemampuan unutk memecah membran sel. IgMdan IgG bekerja paling maksimal dalam
sistem sirkulasi, IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki cairan
tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada permukaan
mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak penyakit. IgA dapat
ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh bayi. IgD merupakan antibodi
yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon imun. IgE merupakan antibodi
yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan besar merespon infeksi dari
protozoa dan parasit.
Antibodi
tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi menetralkannya atau
menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses penghancutan oleh mekanisme
opsonisasi, aglutinasi, presipitasi atau fiksasi komplemen. Opsonisasi,
aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses fagositosis dari komplek
antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu proses lisis dari protein komplemen pada
bakteri atau virus.
2.4. Imunitas Humoral
Imunitas
humoral, yaitu imunitas yang dimediasi oleh molekul di dalam darah, yang
disebut antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas
ini ditujukan untuk benda asing yang berada di luar sel (berada di cairan atau
jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut, kemudian akan
memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu
molekul spesifik (antigen) dipermukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi
akan menggumpalkan benda asing tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau
berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
Pembentukan
antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik akan
bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan berekasi dengan
dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B.
Antibodi
umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang. Namun,
pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi
dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen
atau antigen, yaitu netralisasi,
penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein
komplemen).
Beberapa
cara antibodi menghancurkan patogen :
Netralisasi
terjadi jika antibodi memblokir beberapa tempat antigen berikatan dan
membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan virus dengan menempel pada tempat
yang seharusnya berikatan dengan sel inang.
Selain
itu, antibodi menetralkan bakteri dengan menyelimuti bagian beracun bakteri
dengan antibodi. Hal tersebut menetralkan racun bakteri sehingga sel fagosit
dapat mencerna bakteri tersebut.
Penggumpalan
(aglutinasi) bakteri, virus, atau sel patogen lain oleh antibodi merupakan
salah satu cara yang cukup efektif. Hal ini dapat dilakukan karena antibodi
memiliki minimal dua daerah ikatan (binding
site ).Cara ini memudahkan sel fagosit menangkap sel-sel patogen tersebut.
Cara
ketiga mirip dengan penggumpalan. Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut
oleh antibodi. Hal ini untuk membuat antigen terlarut tidak bergerak dan
memudahkan ditangkap oleh sel fagosit.
Cara
terakhir merupakan perpaduan antara antibodi dan sistem komplemen. Antibodi
yang berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem komplemen (protein
komplemen) untuk membentuk luka atau pori pada sel mikroba patogen. Pembentukan
luka atau pori ini menyebabkan luka atau pori pada sel mikroba patogen.
Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan lisozim dapat masuk dan sel patogen
tersebut akan hancur (lisis).
2.5. Imunitas Seluler
Imunitas
seluler merupakan bagian dari respon imun didapat yang berfungsi untuk
mengatasi infeksi mikroba intraseluler. Imunitas seluler diperantarai oleh
limfosit T. Terdapat 2 jenis mekanisme infeksi yang menyebabkan mikroba dapat masuk dan berlindung di dalam
sel. Pertama, mikroba diingesti oleh fagosit pada awal respons imun alamiah,
namun sebagian dari mikroba tersebut dapat menghindari aktivitas fagosit.
Sebagian mikroba tersebut dapat memasuki sitoplasma sel dan bermutltiplikasi
menggunakan nutrien dari sel tersebut. Mikroba tersebut terhindar dari mekanisme
mikrobisidal. Kedua, virus dapat berikatan dengan reseptor pada berbagai macam
sel, kemudian bereplikasi di dalam sitoplasma sel. Sel tersebut tidak mempunyai
mekanisme intrinsik untuk menghancurkan virus. Beberapa virus menyebabkan
infeksi laten, DNA virus diintegrasikan ke dalam genom pejamu, kemudian protein
virus diproduksi di sel tersebut.
Masuknya
antigen ke dalam tubuh akan mengakibatkan suatu seri kejadian yang sangat
kompleks yang dinamakan respons imun. Secara garis besar, respons imun terdiri atas
respons imun selular dan humoral.
Sebenarnya
kedua macam respons imun ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, oleh
karena respons yang terjadi pada umumnya merupakan gabungan dari kedua macam
respons tersebut. Hanya saja pada keadaan tertentu imunitas selular lebih
berperan daripada respons humoral, sedang pada keadaan lainnya imunitas humoral
yang lebih berperan.
Eliminasi
mikroba yang berada di vesikel fagosit atau sitoplasma sel merupakan fungsi
utama limfosit T pada imunitas didapat. Sel T helper CD4+ juga membantu sel B
memproduksi antibodi. Dalam menjalankan fungsinya, sel T harus berinteraksi
dengan sel lain seperti fagosit, sel pejamu yang terinfeksi, atau sel B. Sel T
mempunyai spesifisitas terhadap peptida tertentu yang ditunjukkan dengan major
histocompatibility complex (MHC). Hal ini membuat sel T hanya dapat merespons
antigen yang terikat dengan sel lain.
Imunitas
seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit) dalam
menghancurkan patogen. Setelah kontak pertama dengan sebuah antigen melalui
makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar diameternya. Setelah
itu, berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi beberapa sub populasi. Sub
populasi tersebut, antara lain sel T
sitotoksik (cytotoxic T cell ), sel T penolong ( helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell ).
Tugas
utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah
terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang
telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh tersebut. Hal
ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh.
Sebenarnya
hanya sel T sitotoksik saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel
yang terinfeksi memiliki antigen asing milik virus atau bakteri yang
menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan dengan
antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang terinfeksi, sel T
sitotoksik menghasilkan protein perforin
yang dapat melubangi membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T
dapat masuk dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang
menyerangnya.
Fungsi imunitas seluler :
·
Imunitas selular berfungsi untuk
mengorganisasi respons inflamasi nonspesifik dengan mengaktivasi fungsi
makrofag sebagai fagosit dan bakterisid, serta sel fagosit lainnya. Selain itu
juga mengadakan proses sitolitik atau sitotoksik spesifik terhadap sasaran yang
mengandung antigen.
·
Imunitas selular berfungsi pula untuk meningkatkan
fungsi sel B untuk memproduksi antibodi, juga meningkatkan fungsi subpopulasi
limfosit T baik sel Th/ penginduksi maupun sel Tc/ sel supresor. Fungsi lainnya
adalah untuk meregulasi respon imun dengan mengadakan regulasi negatif dan
regulasi positif terhadap respon imun
2.6. Implementasi Imunologi dalam
Kehidupan
Imunisasi
dan vaksin merupakan bentuk implementasi dari bidang imunologi yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari. Pemerintah melalui Program Pengembangan
Imunisasi (PPI), mewajibkan lima jenis imunisasi dasar pada anak dibawah usia
satu tahun, antara lain :
a.
Imunisasi
BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
·
Deskripsi : BCG adalah vaksin bentuk
beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan
dari strain Paris
·
Indikasi : untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap TBC
·
Cara pemberian dan dosis :
-
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus
dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%. Melarutkan dengan menggunakan alat
suntik steril dengan jarum panjang.
-
Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1
kali, untuk bayi.
·
Kontra indikasi : adanya penyakit kulit
yang berat/ menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang
sedang menderita TBC.
·
Efek samping : Imunisasi BCG tidak
menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan
timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal,
tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
b.
Imunisasi
DPT – Hepatitis B
·
Deskripsi : Vaksin mengandung DPT berupa
toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi
serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung
HbsAg murni dan bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan
vaksin DNA rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi
DNA rekombinan pada sel ragi.
·
Indikasi : Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pert usis dan hepatitis B.
·
Cara pemberian dan
dosis : Pemberian dengan cara intra muskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis
pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu
(1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat
dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan:
-
vaksin belum
kadaluarsa
-
vaksin disimpan
dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
-
tidak pernah
terendam air
-
sterilitasnya
terjaga
-
VVM (Vaksin Vial
Monitor) masih dalam kondisi A atau B
·
Efek samping : Reaksi
lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
c.
Imunisasi polio
·
Deskripsi : Vaksin
Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam
biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
·
Indikasi : Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
·
Cara pemberian dan
dosis :
-
Sebelum digunakan
pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
-
Diberilan secara
oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan
interval setiap dosis minimal 4 minggu.
-
Setiap membuka
vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
-
Di unit pelayanan
statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu
dengan ketentuan :
-
vaksin belum
kadaluarsa
-
vaksin disimpan
dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
-
tidak pernah
terendam air
-
sterilitasnya
terjaga
-
VVM (Vaksin Vial
Monitor) masih dalam kondisi A atau B
·
Kontra Indikasi :
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian OPV pada
anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita
diare, maka dosis ulangan dapat
diberikan setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang
tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar
jadwal tertentu.Efek samping : Pada umumnya tidak terdapat efek samping.
·
Efek samping
berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
d.
Imunisasi Hepatitis B
·
Deskripsi : Hepatitis
B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
·
Indikasi :
-
Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B.
-
Tidak dapat
mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang
diketahui dapat menginfeksi hati.
·
Cara pemberian dan
dosis :
-
Sebelum digunakan
vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
-
Sebelum
disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
-
Vaksin disuntikkan
dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
-
Vaksin disuntikkan
dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan secara intra
muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
-
Pemberian sebanyak
3 dosis.
-
Dosis pertama
diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu
(1 bulan).
-
Di unit pelayanan
statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
e.
Imunisasi Campak
·
Deskripsi : Vaksin
Campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan
dengan aquabidest steril.
·
Indikasi : Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
·
Cara pemberian dan
dosis :
-
Sebelum
disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
-
Dosis pemberian
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11 bulan. Dan
ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up campaign Campak pada anak Sekolah
Dasar kelas 1-6.
-
Vaksin campak yang
sudah dilarutkan hanya boleh digunakan
maksimum 6 jam.
·
Efek samping : pasien
dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi.
·
Kontra indikasi : Individu
yang mengidap penyakit immuno deficiency atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
Selain
kelima vaksin di atas masih ada beberapa vaksin yang lain, antara lain:
a. Vaksin rubella
Pengertian :
Vaksin rubella yaitu vaksin yang ditekankan pada anak perempuan, karena jika
nantinya anak itu dewasa menikah lalu hamil dan terdapat virus rubela di dalam
tubuhnya maka bisa berakibat fatal pada janin yang dikandungnya.
Waktu pemberian
: vaksin rubella dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya
sudah berkembang yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum
diberikan, vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi
dapat dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada
usia 10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada
umumnya merupakan penyakit ringan. Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada
wanita yang hamil atau akan hamil dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin.
Akibat tidak vaksin
: Bila tidak dilakukan vaksin dapat mengakibatkan katarak, tuli atau cacat
b. Vaksin virus influenza
Pengertian
: Vaksin
berisi dua subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus tipe B. Yang di gunakan
untuk mencegah virus influenza yang datang setiap tahun.
Waktu
pemberian : Vaksin diberikan secara intramuscular dengan dosis
untuk umur 6-35 bulan 0,25 ml dan umur 3 tahun 0,5 ml. Anak-anak yang mendapat
vaksin ini pada umur kurang dari 9 tahun, perlu diberikan 2 dosis dengan jarak
pemberian lebih dari 1 bulan. Vaksin influenza tidak boleh untuk anak kurang
dari 6 bulan. Vaksin ini dianjurkan untuk diberikan setiap tahun pada anak usia
6 bulan sampai 18 tahun.
Akibat
tidak diberi vaksin : Bila tidak di berikan vaksin
kemungkinan terserang influenza jika sistem kekebalan tubuhnya turun.
c. Vaksin
campak
Pengertian
: Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5
ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70, dan
tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan hanya dengan
pelarut steril yang tersedia secara terpisah untuk tujuan tersebut. Vaksin ini
telah memenuhi persyaratan WHO untuk vaksin campak.
Waktu pemberian
: Vaksin diberikan pada kisaran usia 6 -9 bulan. Imunisasi ulangan diberikan
pada umur 6 tahun. Imunisasi campak pada remaja diberikan berupa vaksin MMR.
Akibat tidak diberi vaksin : Jika tidak di lakukan vaksin bisa menyebabkan
Penyakit campak bisa berdampak pada radang paru-paru atau radang otak, jika
panasnya terlalu tinggi bisa menyebabkan kematian.
d. Vaksin
poliomyelitis
Pengertian
: Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan
sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol
merah.
Waktu
pemberian : Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai
dengan rekomandasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan
interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun
atau sebelum meninggalkan sekolah. Vaksin polio terdiri dari 2 jenis , yaitu
Vaksin Virus Polio Oral (Oral Polio Vaccine=OPV) dan Vaksin Polio Inactivated
(Inactived Poliomielitis Vaccine).
Akibat
tidak diberi vaksin : Akibat dari tidak di lakukan vaksin
poliomyelitis yaitu Kelumpuhan permanen, bisa pada tungkai, baik kaki maupun
tangan. Kelumpuhan berat, misalnya pada otot pernapasan. Pada kondisi ini,
biasanya pasien membutuhkan alat bantu napas.
e. Vaksin
hepatitis A
Pengertian
:
Yaitu vaksin yang di berikan untuk melindungi batita dan anak-anak dari
penyakit hepatitis A.
Waktu
pemberian : Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan
2 kali dengan interval 6-12 bulan.
Akibat
tidak diberi vaksin : Bila tidak di berikan vaksin
hepatitis A bisa kemungkinan terjangkit virus hepatitis A, walaupun hal
tersebut tidak pasti. Yang paling rentang terkena virus ini jika tidak vaksin
yaitu Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan
risiko tinggi tertular hepatitis A.
f. Vaksin
hepatitis B
Pengertian
: Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non infeksius , berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA recombinan.
Waktu
pemberian : HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif,
dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin
HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat
diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
-
1 bulan : Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
-
6 bulan : HB-3 diberikan umur 6 bulan.
Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan.
Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 (buah)
HB PID, pemberian suntikan secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral
paha.
-
Pemberian sebanyak 3 dosis.
-
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7
hari dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan). Vaksin
hepatitis B juga direkomendasikan untuk diberikan pada orang dewasa. Dengan
tiga kali pemberian, vaksin hepatitis B dapat memberikan perlindungan sebanyak
90 %.
Akibat
tidak diberi vaksin : Jika tidak di lakukan vaksin
hepatitis B, seseorang rentang terkena penyakit hepatitis B.
g. Vaksin
Varicella
Pengertian
: Vaksin varicella yaitu vaksin yang di gunakan untuk mencegah cacar air.
Waktu
pemberian : Vaksin varicella diinjeksikan pada usia 1 tahun
atau lebih. Bila anak tidak menerimanya pada waktu tersebut, dapat diberikan
pada usia 11 – 12 tahun. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak
yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1
dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air,
sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Akibat
tidak diberi vaksin : Kepada orang yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi
(misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin
zoster atau immunoglobulin varicella-zoster.
h. Vaksin
retrovirus
Pengertian
:
Vaksin retrovirus adalah vaksin yang digunakan untuk menurunkan agen penyakit
yang dapat menyebabkan sindroma penurunan kekebalan tubuh (Simian Acquired
lmmunodeficiency Syndrome) pada primata genus Macaca yang berasal dari Asia.
i.
Vaksin rabies
Pengertian
:
Suatu vaksin yang dibuat dalam lini sel diploid yang berasal dari sel-sel paru
janin kera rhesus diijinkan di AS tahun 1988. Virus vaksin ini diinaktivasi
oleh β- propiolakton dan dipekatkan oleh adsorbsi dengan aluminium fosfat. Vaksin
yang mencegah penyakit rabies, selain itu vaksin ini bisa mencegah simian
immunodeficiency virus (SIV), penyakit kekebalan tubuh yang mirip dengan HIV.
Waktu
pemberian : Vaksin di berikan jika seseorang aktif menderita
rabies / tergigit (terkontaminasi) dengan hewan yang terjangkit rabies, maka
harus di berikan vaksin rabies.
Akibat
tidak diberi vaksin : Jika seseorang tidak di berikan
vaksin ini kemungkinan bisa terjangkit virus rabies.
DAPATKAN FILENYA