MAKALAH SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JAWA
I. PENDAHULUAN
Berbagai artikel, berbagai pendapat tentang
sejarah masuknya Islam di Jawa yang sangat sulit untuk di percayai yang manakah
diantaranya yang paling mendekati kebenarannya. Islam begitu sangat penting
untuk diketahui asal muasal pembawanya ke Jawa, juga masih diragukan karena
banyaknya pendapat tersebut sehingga para penganut Islam pun kontroversional
dalam mengimani hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses adanya Islam di
Jawa. Banyak tokoh-tokoh pula yang berjasa atas berdirinya Islam di Jawa yang
membawa pengaruh besar atas perkembanganya yang patut kita hargai pengorbananya
kepada kita semua yang sehingga kini pun telah senantiasa hidup dalam kebenaran
oleh karena ilmu-ilmu dan dakwah mereka yang meluruskan jalan kita sampai detik
ini pun masih terkenang para penyebar terdahulu. Dengan bermacam-macam cara
telah mereka tempuh demi terrcapainya tujuan mereka menyampaikan kebenaran
agama Islam. Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba menguraikan hal tentang
sejarah atau proses masuknya Islam, bukti-bukti telah masuknya, siapa
penbawanya dan dengan cara apa penyampaiannya akan kami paparkan sejelas
mungkin dengan harapan menambah pengetahuan pembaca dan pemakalah khususnya.
I.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana sejarah masuknya Islam di
Jawa?
B.
Apa bukti bahwa Islam telah masuk
di Jawa?
C.
Siapa sajakah tokoh-tokoh pembawa Islam
di Jawa?
D.
Bagaimana Islam disampaikan di
Jawa?
E.
Apa pengaruh masuknya Islam di
Jawa?
II.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya Islam di Jawa
Masuknya islam di jawa
sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat beragam. Ada yang
mengatakan islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke Sumatra, yang
diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Setidaknya pendapat ini
disokong oleh Hamka, dengan alasan adanya berita Cina yang mengisahkan
kedatangan urusan raja Ta Cheh kepada ratu sima. Adapun Raja Ta Cheh, menurut
Hamka adalah Raja Arab, dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan.
Peristiwa itu terjadi pada saat Muawiyah melaksanakan pembangunan kembali
armada Islam. Ruben Levy menyatakan bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh
Muawiyah pada 34 Hatau 654/655 Madalah sekitar 5000 buah. Tentu armada kapal
ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh karena itu, tidaklah
mustahil pada tahun 674 M Muawiyah dapat mengirimkan dutanya ke kalingga[1].
Kisah Cempa berhubungan
dengan orang-orang suci yang telah menyebarkan agama Islam di Surabaya dann
Gresik. Konon mereka berasal dari dari cempa. Dalam sejarah dalem nama-nama
mereka ialah sayid Ngali Murtala dan Sayid Ngali Rahmad, dan konon kedua orang
ini mempunyai saudara sepupu namanya Abu Hurairah. Menurut Dr.Rouffouur da Dr.
Cowan menyatan bahwa Campa atau Jeumpa atau Pasai adalah sama[2].
Selanjutnya dalam kitab
tembang babat Demak bahwa istri
Kartawijaya Campa yang bernama Ratu Darawati beragana islam mempunyai saudara Raden
Rahmat. Kemudian beliau diijinkan untuk
mendirikan pesantren di desa Ampel. Kemudian beliau dijiluki Sunan Ampel. Sunan
Ampel mempunyai 4 putri yaitu Nyai Ageng Maloka yang menjadi isteri Raden
Fatah, Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Masih Munat (Sunan Derajat), dan
puterinya yang bernama Siti Khafsah yang menjadi istri Sunan Kalijaga. Ini
hasil pernikahannya dengan dengan putri Tuban, Nyai ageng Manila, yang
merupakan anak dari Aria Teja, bupati Tuban. Disini dapat disimpulkan bahwa
penyebaran agama Islam di Jawa yang kemudian dapat mendirikan kerajaan Bintara
adalah dipimpn oleh para bangsawan Tuban dan ampel[3].
Ada empat teori mengenai kapan
masuknya Islam ke Jawa, yaitu:
1. Teori
Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Jawa pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India.
Dasar dari teori ini adalah:
a.
Kurangnya fakta yang menjelaskan
peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Jawa
b.
Hubungan dagang Indonesia dengan
India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c.
Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu
Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck
Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung
teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan
politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah
di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak
penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India
yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori
Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul
sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a.
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di
pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam
(Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan
di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b.
Kerajaan Samudra Pasai menganut
aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu
adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c.
Raja-raja Samudra Pasai menggunakan
gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah
ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini
menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi
masuknya ke Jawa terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan
besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori
Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk
ke Jawa abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini
adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Jawa
seperti:
a.
Peringatan 10 Muharram atau Asyura
atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung
oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Jawa ditandai dengan pembuatan bubur
Syuro.
b.
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti
Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c.
Penggunaan istilah bahasa Iran
dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
d.
Ditemukannya makam Maulana Malik
Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.
Adanya perkampungan Leren/Leran di
Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar
Amir Husen dan P.A. HusseinJayadiningrat.
4. Teori China
Para pedagang dan angkatan laut China,
mengenalkan Islam di pantai dan pedalaman Jawa, dengan bukti antar lain
:
a.
Gedung Batu di semarang (masjid
gaya China).
b.
Beberapa makam China muslim.
c.
Beberapa wali yang dimungkinkan
keturunan China.
Dari Keempat
teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahan.
Maka, berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke
Jawa dengan jalan damai pada abad ke – 7 (teori Makkah/ teori Arab) dan
mengalami perkembangan pada abad ke - 13. Sebagai pemegang peranan dalam
penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia, Gujarat (India), dan
Cina.
B. Bukti bahwa Islam telah masuk di Jawa
-
Bentuk
Bangunan
Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil
telaah yang sangat beragam. Dalam bentuk artefak terdapat bukti-bukti dalam
bentuk makam, batu nisan , masjid, ragam hias dan tata kota.
1.
Makam.
Bukti sejarah yang paling factual ditemukannya
Batu nisan kubur Fatimah binti Maemun di
Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082M), pada nisan makam itu tercantum
prasasti berhuruf dan berbahasa arab.
Serangkaian batu nisan yang sangat penting
ditemukan di kuburan-kuburan Jawa Timur, batu-batu itu menunjukkan makam
orang-orang muslim. Berdasarkan rumitnya hiasan yang terdapat pada beberapa
batu nisan dan lokasinya yang dekat dengan situs ibu kota Majapahit, batu-batu
Jawa Timur tersebut member kesan bahwa beberapa orang anggota kaum elite jawa memeluk
islam pada masa kerajaan Majapahit yang beragama hindu-budha, selain itu
batu-batu nisan tersebut merupakan bukti
paling kuno yang masih ada tentang penduduk jawa yang beragama islam.
2.
Masjid.
Sumber sejarah
dalam arkeologi yang berupa bangunan masjid juga banyak ditemukan di
jawa masjid memberikan petunjuk adanya komunitas muslim di wilayah tersebut
masjid dikalangan orang islam berfungsi sebagai Islamic center sebagai contoh
masjid Demak, selain itu didalam bangunan masjid terdapat beberapa kelengkapan
tergantung pada jenis masjidnya antara lain : mimbar, maqsuro, beduk,
kentongan. Tentang menara masjid kuno di Jawa justru tidak memilikinya.
3.
Ragam Hias
Dengan diterimanya ajaran islam sebagai
penuntun hidup yang baru di Jawa, beberapa ragam hias baru, yaitu kaligrafi,
stiliran. Epitaph pada beberapa nisan kubur troloyo menunjukkan adanya
kesalahan penulisan dan bentuk huruf arab yang tidak mengalir dengan
luwes.Selain munculnya ornament dengan menggunakan huruf-huruf arab, mencul
pula ragam hias baru, yaitu stiliran / atau pengayaan terhadap ragam hias
binatang. Dalam ragam hias baru ini binatang sebagai motif utama digayakan
dengan menggunakan ragam hias tumbuhan sedemikian rupa sehingga sering kali
untuk mengidentifikasikannya harus dilakukan pengamatan secara cermat contoh
bagian panil relief di Mantingan Gapura B di Sendangduwur.[4]
-
Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni
seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra.
Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni
pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni
aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang
tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis
ialah kaligrafi.Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf
arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik
As-Saleh dari Samudra Pasai.
(1)
Karya sastra yang
dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya
sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan
kitab-kitab..
(2)
Syair banyak dihasilkan
oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang,
Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair
sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin,
dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair
Ken Tambunan.
(3)
Hikayat adalah karya
sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh
sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai,
Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir
Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
(4)
Suluk adalah kitab-kitab
yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain
Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan
Suluk Malang Sumirang.
(5)
Babad adalah cerita
sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang
tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa
babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin),
Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.
Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab
Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti,
serta Sastra Gending karya Sultan Agung.
C.
Tokoh-tokoh
Pembawa Islam di Jawa
Diantara para tokoh dalam
kajian islam di jawa ini adalah salah satunya yang seperti kita ketahui yaitu
WALISONGO atau sembilan wali.Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar
agama islam di tanah jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga
wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa
Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.[5]
a)
Sunan Gresik atau Maulana Malik
Ibrahim
Maulana
Malik Ibrahim adalah
keturunan ke-11 dari Husain bin Ali.
Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim
As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand
di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma
menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap
As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
b)
Sunan Ampel atau Raden Ahmad
Sunan Ampel bernama
asli Raden Rahmat, keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, menurut
riwayat adalah putra Maulana
Malik Ibrahim dan seorang putri Champa. Ia disebutkan masih berkerabat dengan salah
seorang istri atau selir dari Brawijaya raja Majapahit. Sunan Ampel
umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan
salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Nyai
Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang dan Sunan
Kudus adalah anak-anaknya, sedangkan Sunan Drajat adalah cucunya. Makam Sunan
Ampel teletak di dekat Masjid
Ampel, Surabaya
c). Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-13
dari Husain
bin Ali. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng
Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah
melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia
dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati,
yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah
dengan memasukkan rebab dan bonang,
yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden
menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang
atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang
namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada
tahun 1525.[6]
d). Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau
Raden Usman Haji, dengan Syarifah adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus adalah
keturunan ke-14 dari Husain
bin Ali. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran
yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu
sebagai panglima perang dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di
kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya,
ialah Sunan Prawoto penguasa
Demak, dan Arya
Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya
yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran
Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
e). Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra
Maulana Ishaq. Sunan
Giri adalah keturunan ke-12 dari Husain bin Ali,
merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia
mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat
dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan
Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang
menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
f). Sunan
Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra
adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ia adalah
murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai
sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan
tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir
dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam
satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
g). Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden
Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang
menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung.
h). Sunan
Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau
Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh
Jamaluddin Akbar. Dari pihak
ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran
melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri
Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon
sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan
kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi
cikal-bakal berdirinya Kesultanan
Banten.
i).
Sunan Drajat
Semasa muda ia dikenal sebagai Raden Qasim, Qasim
atau Kasim. Masih banyak nama lain yang disandangnya diberbagai naskah kuno.
Seperti sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu Sunan Maryapada, Raden Imam. Ia adlah
anak Sunan Ampel. Diperkirakan Sunan Drajat lahir pada tahun 1470 M.
D. Cara Penyampaian/Jalur Yang di Tempuh
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia
justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena
memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat
256:Artinya: Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia
melalui beberapa cara antara lain:
1.
Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.
Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.
Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.
Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan
pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja
lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal
yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di
seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.[7]
5.
Jalur Kesenian
Diantara kesenian yang paling
terkenal adalah wayang. Jalur ini dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Beliau adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Para penonton dibimbing untuk
mengucapkan syahadat. Sebagian cerita wayang dipetik dari Mahabarata dan
Ramayana.[8]
E.
Pengaruh Islam di Jawa
Jawanisasai Islam atau Islamisasi
Jawa kedua istilah ini saling mempengaruhi, “Islam” sebagai agama yang
datang belakangan, jelas telah mempengaruhi kehidupan orang Jawa. Dan ” Jawa”
juga mempengaruhi kIslaman orang Jawa. Adanya pengaruh memepengaruhi ini
menyebabkan lahirnya genre Islam yang khas (Islam lokal, Islam
Jawa dam sebagainya). Sebagai contoh, Kedatangan Islam di Tanah Jawa
membawa bermacam-macam produk budaya dari pusat penyebaran Islam, di
antaranya adalah sistem penanggalan yang dikenal dengan kalender Hijriyah. Pada
tahun 1633, Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama
Khalifatullah ing Tanah Jawa (1613-1645) dari Mataram Islam secara resmi
menggunakan kalender dengan sebutan Tahun Jawa. Tahun Jawa mendasarkan
perhitungannya mengikuti kalender Hijriyah (lunar) namun tahunnya meneruskan
Tahun Caka. Hal ini mulai berlaku sejak hari Jumat Legi tanggal 1 Muharram 1043
H atau 1 Sura 1555 Tahun Çaka (Jawa) di seluruh wilayah Jawa dan Madura
(kecuali Banten). Inilah keunikan tahun Jawa, hasil akulturasi kalender
Hijriyah dan Caka.
Selanjutnya menggabungkan Islam dengan
budaya Jawa dalam hal ini melaksanakan syari’at Islam dengan kemasan
budaya Jawa, misalnya berbakti kepada orang tua adalah wajib. Dalam
melaksanakan syari’at ini masyarakat Jawa biasanya menggunakan media sungkem.[9]
Aspek – aspek Jawa
yang dipengaruhi Islam, diantaranya :
a.
Kekuasaan
politik : Raja bergelar susuhunan dan Sultan mengangkat diri sebagai sayidina
panata gama
b.
Budaya / religi : ritual selamatan, tahlilan,
dan sebagainya
c.
Arsitektur
masjid, yang mirip dengan bangunan Cand
III.
KESIMPULAN
Islam tersebar di Jawa sejak abad
ke-7 H dan bukti-bukti bahwa Islam telah masuk Jawa ialah adanya bentuk-bentuk
bangunan dan karya-karya seni. Penyebar Islam tersebut ialah yang sering
disebut dengan Wali Songo diantaranya: Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang,
Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan
Sunan Drajat. Adapun jalur yang ditempuh dalam penyampaian Islam ialah:
perdagangan, kultural, pendidikan, kekuasaan politik, dan kesenian.
IV.
PENUTUP
Demikian makalah yang
kami buat, semoga bermanfaat untuk semua. Kami sebagai manusia biasa yakin bahwa didalam makalah ini tentunya masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharap saran dan kritik yang bersifat
konstruktif dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
[2]H.J.De Graaf, Kerajaan-Kerajaan
Islam di Jawa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1958), hlm. 19-20
[3]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban
Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2008), hlm. 48.
[4]Abdul, Jamil dkk, Islam Dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta :
Gama Media,2000) hal 28-33
[6] G
. F Pijper, Beberapa Study Tentang Sejarah Islam Di Indonesia
1900-1950, (Tudjimah , UI – Press, 1985)
[8]M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Drs. Darmono Hardjowijono, Gajah
Mada University Press, cet 3, Yogyakarta. 1993