Skip to main content

MAKALAH SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JAWA


MAKALAH SEJARAH MASUKNYA ISLAM  DI JAWA


I.     PENDAHULUAN

Berbagai artikel, berbagai pendapat tentang sejarah masuknya Islam di Jawa yang sangat sulit untuk di percayai yang manakah diantaranya yang paling mendekati kebenarannya. Islam begitu sangat penting untuk diketahui asal muasal pembawanya ke Jawa, juga masih diragukan karena banyaknya pendapat tersebut sehingga para penganut Islam pun kontroversional dalam mengimani hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses adanya Islam di Jawa. Banyak tokoh-tokoh pula yang berjasa atas berdirinya Islam di Jawa yang membawa pengaruh besar atas perkembanganya yang patut kita hargai pengorbananya kepada kita semua yang sehingga kini pun telah senantiasa hidup dalam kebenaran oleh karena ilmu-ilmu dan dakwah mereka yang meluruskan jalan kita sampai detik ini pun masih terkenang para penyebar terdahulu. Dengan bermacam-macam cara telah mereka tempuh demi terrcapainya tujuan mereka menyampaikan kebenaran agama Islam. Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba menguraikan hal tentang sejarah atau proses masuknya Islam, bukti-bukti telah masuknya, siapa penbawanya dan dengan cara apa penyampaiannya akan kami paparkan sejelas mungkin dengan harapan menambah pengetahuan pembaca dan pemakalah khususnya.

I.     RUMUSAN MASALAH
A.                               Bagaimana sejarah masuknya Islam di Jawa?
B.                               Apa bukti bahwa Islam telah masuk di Jawa?
C.                               Siapa sajakah tokoh-tokoh pembawa Islam di Jawa?
D.                               Bagaimana Islam disampaikan di Jawa?
E.                                Apa pengaruh masuknya Islam di Jawa?

II.  PEMBAHASAN
A.      Sejarah Masuknya Islam di  Jawa
Masuknya islam di jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat beragam. Ada yang mengatakan islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke Sumatra, yang diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Setidaknya pendapat ini disokong oleh Hamka, dengan alasan adanya berita Cina yang mengisahkan kedatangan urusan raja Ta Cheh kepada ratu sima. Adapun Raja Ta Cheh, menurut Hamka adalah Raja Arab, dan khalifah saat itu adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Peristiwa itu terjadi pada saat Muawiyah melaksanakan pembangunan kembali armada Islam. Ruben Levy menyatakan bahwa jumlah kapal yang dimiliki oleh Muawiyah pada 34 Hatau 654/655 Madalah sekitar 5000 buah. Tentu armada kapal ini berfungsi pula untuk melindungi armada niaganya. Oleh karena itu, tidaklah mustahil pada tahun 674 M Muawiyah dapat mengirimkan dutanya ke kalingga[1].
Kisah Cempa berhubungan dengan orang-orang suci yang telah menyebarkan agama Islam di Surabaya dann Gresik. Konon mereka berasal dari dari cempa. Dalam sejarah dalem nama-nama mereka ialah sayid Ngali Murtala dan Sayid Ngali Rahmad, dan konon kedua orang ini mempunyai saudara sepupu namanya Abu Hurairah. Menurut Dr.Rouffouur da Dr. Cowan menyatan bahwa Campa atau Jeumpa atau Pasai adalah sama[2].
Selanjutnya dalam kitab tembang babat Demak  bahwa istri Kartawijaya Campa yang bernama Ratu Darawati beragana islam mempunyai saudara Raden Rahmat.  Kemudian beliau diijinkan untuk mendirikan pesantren di desa Ampel. Kemudian beliau dijiluki Sunan Ampel. Sunan Ampel mempunyai 4 putri yaitu Nyai Ageng Maloka yang menjadi isteri Raden Fatah, Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Masih Munat (Sunan Derajat), dan puterinya yang bernama Siti Khafsah yang menjadi istri Sunan Kalijaga. Ini hasil pernikahannya dengan dengan putri Tuban, Nyai ageng Manila, yang merupakan anak dari Aria Teja, bupati Tuban. Disini dapat disimpulkan bahwa penyebaran agama Islam di Jawa yang kemudian dapat mendirikan kerajaan Bintara adalah dipimpn oleh para bangsawan Tuban dan ampel[3].
Ada empat teori mengenai kapan masuknya Islam ke Jawa, yaitu:
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a.       Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Jawa
b.      Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c.        Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a.                 Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b.    Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c.    Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Jawa terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Jawa abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Jawa seperti:
a.       Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b.       Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c.       Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
d.      Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.       Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. HusseinJayadiningrat.
4. Teori China
Para pedagang dan angkatan laut China, mengenalkan Islam di pantai dan pedalaman Jawa, dengan bukti antar lain :
a.       Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
b.      Beberapa makam China muslim.
c.       Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari Keempat teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahan. Maka, berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Jawa dengan jalan damai pada abad ke – 7 (teori Makkah/ teori Arab) dan mengalami perkembangan pada abad ke - 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia, Gujarat (India), dan Cina.

B.       Bukti bahwa Islam telah masuk di Jawa
-       Bentuk Bangunan
Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat beragam. Dalam bentuk artefak terdapat bukti-bukti dalam bentuk makam, batu nisan , masjid, ragam hias dan tata kota.
1.    Makam.
Bukti sejarah yang paling factual ditemukannya Batu nisan  kubur Fatimah binti Maemun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082M), pada nisan makam itu tercantum prasasti berhuruf dan berbahasa arab.
Serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan Jawa Timur, batu-batu itu menunjukkan makam orang-orang muslim. Berdasarkan rumitnya hiasan yang terdapat pada beberapa batu nisan dan lokasinya yang dekat dengan situs ibu kota Majapahit, batu-batu Jawa Timur tersebut member kesan bahwa beberapa orang anggota kaum elite jawa memeluk islam pada masa kerajaan Majapahit yang beragama hindu-budha, selain itu batu-batu nisan  tersebut merupakan bukti paling kuno yang masih ada tentang penduduk jawa yang beragama islam.
2.    Masjid.
Sumber sejarah  dalam arkeologi yang berupa bangunan masjid juga banyak ditemukan di jawa masjid memberikan petunjuk adanya komunitas muslim di wilayah tersebut masjid dikalangan orang islam berfungsi sebagai Islamic center sebagai contoh masjid Demak, selain itu didalam bangunan masjid terdapat beberapa kelengkapan tergantung pada jenis masjidnya antara lain : mimbar, maqsuro, beduk, kentongan. Tentang menara masjid kuno di Jawa justru tidak memilikinya.
3.    Ragam Hias
Dengan diterimanya ajaran islam sebagai penuntun hidup yang baru di Jawa, beberapa ragam hias baru, yaitu kaligrafi, stiliran. Epitaph pada beberapa nisan kubur troloyo menunjukkan adanya kesalahan penulisan dan bentuk huruf arab yang tidak mengalir dengan luwes.Selain munculnya ornament dengan menggunakan huruf-huruf arab, mencul pula ragam hias baru, yaitu stiliran / atau pengayaan terhadap ragam hias binatang. Dalam ragam hias baru ini binatang sebagai motif utama digayakan dengan menggunakan ragam hias tumbuhan sedemikian rupa sehingga sering kali untuk mengidentifikasikannya harus dilakukan pengamatan secara cermat contoh bagian panil relief di Mantingan Gapura B di Sendangduwur.[4]

-       Bentuk Karya Seni
Peninggalan Islam dapat juga kita temui dalam bentuk karya seni seperti seni ukir, seni pahat, seni pertunjukan, seni lukis, dan seni sastra. Seni ukir dan seni pahat ini dapat dijumpai pada masjid-masjid di Jepara. Seni pertunjukan berupa rebana dan tarian, misalnya tarian Seudati. Pada seni aksara, terdapat tulisan berupa huruf arab-melayu, yaitu tulisan arab yang tidak memakai tanda (harakat, biasa disebut arab gundul).
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi.Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai.
(1)      Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab..
(2)      Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.
(3)      Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
(4)      Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.
(5)      Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti.
Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.

C.                        Tokoh-tokoh Pembawa Islam di  Jawa           
Diantara para tokoh dalam kajian islam di jawa ini adalah salah satunya yang seperti kita ketahui yaitu WALISONGO atau sembilan wali.Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama islam di tanah jawa pada abad ke 15 dan 16. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.[5]
a)    Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-11 dari Husain bin Ali. Ia disebut juga Sunan Gresik, Syekh Maghribi, atau terkadang Makhdum Ibrahim As-Samarqandy. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
b)   Sunan Ampel atau Raden Ahmad
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, menurut riwayat adalah putra Maulana Malik Ibrahim dan seorang putri Champa. Ia disebutkan masih berkerabat dengan salah seorang istri atau selir dari Brawijaya raja Majapahit. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang dan Sunan Kudus adalah anak-anaknya, sedangkan Sunan Drajat adalah cucunya. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya
c). Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-13 dari Husain bin Ali. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.[6]
 d). Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah adik dari Sunan Bonang. Sunan Kudus adalah keturunan ke-14 dari Husain bin Ali. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Diantara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
e). Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-12 dari Husain bin Ali, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
f). Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq.
g). Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung.
h). Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Syekh Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
i). Sunan Drajat
Semasa muda ia dikenal sebagai Raden Qasim, Qasim atau Kasim. Masih banyak nama lain yang disandangnya diberbagai naskah kuno. Seperti sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu Sunan Maryapada, Raden Imam. Ia adlah anak Sunan Ampel. Diperkirakan Sunan Drajat lahir pada tahun 1470 M.

D.        Cara Penyampaian/Jalur Yang di Tempuh
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256:Artinya: Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain:
1.    Perdagangan
            Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2.    Kultural
            Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3.    Pendidikan
             Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4.    Kekuasaan politik
           Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.[7]
5.    Jalur Kesenian
            Diantara kesenian yang paling terkenal adalah wayang. Jalur ini dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Beliau adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Para penonton dibimbing untuk mengucapkan syahadat. Sebagian cerita wayang dipetik dari Mahabarata dan Ramayana.[8]

E.                        Pengaruh Islam di Jawa
Jawanisasai Islam atau Islamisasi Jawa kedua istilah ini saling mempengaruhi, “Islam” sebagai agama yang datang belakangan, jelas telah mempengaruhi kehidupan orang Jawa. Dan ” Jawa” juga mempengaruhi kIslaman orang Jawa. Adanya pengaruh memepengaruhi ini menyebabkan lahirnya genre Islam yang khas (Islam lokal, Islam Jawa dam sebagainya). Sebagai contoh, Kedatangan Islam di Tanah Jawa membawa bermacam-macam produk budaya dari pusat penyebaran Islam, di antaranya adalah sistem penanggalan yang dikenal dengan kalender Hijriyah. Pada tahun 1633, Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah ing Tanah Jawa (1613-1645) dari Mataram Islam secara resmi menggunakan kalender dengan sebutan Tahun Jawa. Tahun Jawa mendasarkan perhitungannya mengikuti kalender Hijriyah (lunar) namun tahunnya meneruskan Tahun Caka. Hal ini mulai berlaku sejak hari Jumat Legi tanggal 1 Muharram 1043 H atau 1 Sura 1555 Tahun Çaka (Jawa) di seluruh wilayah Jawa dan Madura (kecuali Banten). Inilah keunikan tahun Jawa, hasil akulturasi kalender Hijriyah dan Caka.
Selanjutnya menggabungkan Islam dengan budaya Jawa dalam hal ini melaksanakan syari’at Islam dengan kemasan budaya Jawa, misalnya berbakti kepada orang tua adalah wajib. Dalam melaksanakan syari’at ini masyarakat Jawa biasanya menggunakan media sungkem.[9]
Aspek – aspek Jawa yang dipengaruhi Islam, diantaranya :
a.                          Kekuasaan politik : Raja bergelar susuhunan dan Sultan mengangkat diri sebagai sayidina panata gama
b.               Budaya / religi : ritual selamatan, tahlilan, dan sebagainya
c.              Arsitektur masjid, yang mirip dengan bangunan Cand

III.             KESIMPULAN
Islam tersebar di Jawa sejak abad ke-7 H dan bukti-bukti bahwa Islam telah masuk Jawa ialah adanya bentuk-bentuk bangunan dan karya-karya seni. Penyebar Islam tersebut ialah yang sering disebut dengan Wali Songo diantaranya: Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Drajat. Adapun jalur yang ditempuh dalam penyampaian Islam ialah: perdagangan, kultural, pendidikan, kekuasaan politik, dan kesenian.

IV.                         PENUTUP          
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat untuk semua. Kami sebagai manusia biasa yakin bahwa didalam makalah ini tentunya masih ada banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharap saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.




[1]Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 28
[2]H.J.De Graaf, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1958), hlm. 19-20
[3]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2008), hlm. 48.
[4]Abdul, Jamil dkk, Islam Dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta : Gama Media,2000) hal 28-33

[5] 

[6] G . F Pijper, Beberapa Study Tentang Sejarah Islam Di Indonesia 1900-1950,  (Tudjimah , UI – Press, 1985)
[8]M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, terj. Drs. Darmono Hardjowijono, Gajah Mada University Press, cet 3, Yogyakarta. 1993
[9] Darori Amin dkk, op cit, hlm 107

Popular posts from this blog

Hadist Qouliyah, Fi’liyah dan Taqririyah

Hadits Qauliyah, Fi’liyah dan Taqririyah 1.       Hadits Qauli Yang dimaksud dengan hadist Qauli, ialah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi SAW. dengan kata lain hadist tersebut berupa perkataan Nabi SAW yang berisi berbagai tuntutan dan petunjuk syara’, peristiwa-peristiwa dan kisah-kisah, baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syari’ah maupun akhlaq. Diantara contoh Hadist Qauli adalah hadist tentang do’s Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang yang mendengar, menghafal, dan menyampaikan ilmu. Hadist tersebut berbunyi: نَضَّرَ اللّهُ امْراءً سَمِعَ مِنَّاحَدِيْثًا فَحَفِظَةُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ فَاِنّهُ رُبَّ حَامِلٍ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍوَرُبَّ حَامِلٍ فِقْهٍ اِ لَى مَنْ هُوَ اَفْقَهُ مِنْهُ ثَلاَ   ثٌ خِصَالٍ لاَيَغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ اَبَدًا اِخْلاَ صُ الْعَمَلِ لِلّهِ وَمُنَا صَحَةُ وُلاَةِ الاْمرِ وَلُزُوْمُ الْجَمَاعةِ فَاِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيْطُ مِنْ وَرائِهِمْ (رواه احمد). Artinya: Semoga Allah

10 Foto Syur Artis Indonesia Yang Bikin Heboh

pay per click advertising pay per click advertising [Putar Video SEKS: KLIK]   - Diabadikan, kata tersebut tampaknya sangat pantas untuk menilai sebuah jepretan  foto . Sangat wajar pula jika sebuah   pose  hanya dijadikan sebagai konsumsi pribadi. Lalu bagaimana jika   foto pribadi  itu tersebar ke publik? Dengan teknologi internet tampaknya hal-hal yang bersifat  pribadi  semakin tergadaikan. Bahkan, hal tersebut menimpa   artis-artis Indonesia . Ini dia   10 foto ‘nakal’ artis yang bikin heboh . 1. Mayangsari Pada 2009 lalu memang sedang hangat-hangatnya   hubungan ‘terlarang’ antara Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo . Sempat tak mengakui terlibat   percintaan , namun   foto-foto nakal   mereka tersebar di internet. Ada beberapa   foto Mayang  mengenakan kimono terbuka yang memperlihatkan tubuhnya yang berbalut celana dalam dan bra.   Foto   tersebut cukup jelas memperlihatkan lekuk tubuh perempuan kelahiran Purwokerto tersebut. Foto kedua memperlihatkan kea