Cinta adalah dambaan setiap insane yang ingin merasakan
keindahan dan kenikmatannya. Siapa yang tidak akan pernah merasakan
keindahannya. Cinta sanggup embuat pemiliknya hilang kesadaran normalnya. Cinta
menjadikan budak bagi siapa saja yang menginginkannya. Tak terkecuali cinta
kepada Sang Kholiq, Sang Pencipta, Allah SWT.
Suatu ketika, Hasan al-Bashri, Malik ibn Dinar, dan Tsabit
al-Banani ingin melamar Rabi’ah al-Adawiyah, secara bersama-sama. Hasan
berkata: “Hai Rabi’ah, pilihlah salah satu di antara kami. Karena menikah
adalah sunnah Rasulullah.”
Rabi’ah menjawab: “Aku mempunyai beberapa masalah yang cukup
pelik bagiku. Barang siapa yang dapat menjawab pertanyaan itu, maka aku akan
menikah denganya.”
Lalu memulailah Rabi’ah brtanya kepada Hasan.
“Besok dihari kiamat terdapat dua golongan, yaitu ahli surge
dan ahli neraka . kira-kira, aku termasuk golongan yang mana? Bagaimana
pendapatmu?” Tanya Rabi’ah.
“aku tidak tahu tentang itu,” jawab Hasan lesu.
Rabi’ah bertanya lagi; “saat Allah membentukku didalam
rahim, kira-kira aku termasuk kategori orang yang bahagia atau orang yang celaka?”
Hasan menjawab lagi: “tidak tau”
“saat dikatakan kepada seseorang , janganlah kalian takut,
dan jangan bersedih, dan dikatakan kepada seseorang yang lain , tidak ada
kebahagiaan bagi kalian. Kira-kira aku termasuk golongan yang mana?” tanya
Rabi’ah berikutnya.
Lagi-lagi Hasan menjawab : “aku tidak tahu”
“kubur adakalanya laksana taman yang ada di surga, atau
laksana jurang yang ada di neraka. Kira-kira bagaimana dengan kuburku kelak?”
tanya Rabi’ah lagi, menguji mereka.
Lagi-lagi Hasan menjawab : “aku tidak tahu”
“saat wajah-wajah manusia, ada yang menjadi putih, dan ada
yang menjadi hitam (di hari kiamat). Kira-kira, bagaimana dengan kondisi wajahku?” tanya Rabi’ah lagi.
Hasan menjawab lagi: “aku tidak tahu”
“ketika ada malaikat mengundang pada hari kiamat, ingatlah,
sesungguhnya fulan bahagia, dan fulan yang lain celaka. Maka bagaimana dengan
diriku?” tanya rabi’ah lagi
Lagi-lagi Hasan menjawab : “aku tidak tahu”
Kemudian mereka semua, laki-laki yang ingin melamar Rabi’ah,
menangis, dan keluar dari sisi Rabi’ah.
Cintah Rabi’ah terhadap Allah dan kehidupan akhirat,
mengalahkan segalanya. Hingga urusan nikah bukanlah hal yang penting baginya,
karena ia telah merasakan betapa lezat dan nikmat nya bercinta dengan Allah.
Dalam kisah lain, Sa’dun al-Majnun (yang gila ) pernah
menulis lafazh”Allah” di telapak tangannya.
Bertanyalah al-Sirri al-Saqthi kepadanya: ” apa yang engkau
perbuat hai sa’dun..?
Dengan tergagap Sa’dun menjawab : “ aku sangat mencintai
Allah. Telah aku tulis asma-Nya dalam Hatiku, sehingga Hatiku tidak ditempati
oleh selain Dia. Kini aku tulis asma-Nya di telapak tanganku. Sehingga aku
selalu melihatnya dengan mata kepalaku, dan.. pandanganku selalu tertuju
kepada-Nya..!!”
Subhanallah……
“cinta yang sejati dan abadi adalah cinta
Allah kepada semua hamba-Nya.
Cinta
yang tidak pernah menuntut
dan tidak meminta pamrih”