Harta melimpah, kekuasaan yang
kuat, dan pengaruh besar disertai kewibawaan yang agung yang dimiliki
seseorang, terkadang tidak menambah rasa syukurnya kepada Allah swt, tetapi
justru menjadikan dirinya bertambah sombong, semena-mena, menzalimi orang lain,
bahkan mengkufuri nikmat Allah. Nikmat dapat berubah menjadi laknat, karena
tidak dapat membawa diri, dan tidak dapat menata Hati. Na’udzu billah min dzalik.
Dikisahkan
Abu Bakar ibn Abdillah al-Mizani, bahwa di suatu daerah ada raja yang
menyombongkan diri menentang kekuasaan Allah. Sikapnya itu membuat marah kaum
Muslimin. Mereka menyanderanya hidup-hidup. Mereka sepakat menyiksa penguasa itu
dengan mendidihkan tubuhnya dalam suatu bejana besar diatas bara api.
Ketika
merasakan panasnya api, dia berseru pada Tuhannya: “selamatkan diriku, hai
Habil, hai Uza…!! Nukanlah aku telah membasuh kepaamu dan mengabdi kepadamu
bertahun-tahun,,,?”
Menyaksikan
keadaan tidak berubah, penguasa itu berubah pikiran dan berseru: “la ilaha illa Allah Muhammad Rasullah..!”
Maka
turunlah hujan yang memadamkan api, dan bertiuplah angin kencang yang
menerbangkan bejana ke langit. Menjerit-jeritlah penguasa itu diantara langit
dan bumi, dengan berteriak-teriak: “la
ilaha illa Allah Muhammad Rasullah.”. terus menerus hingga lenyap dari
pandangan mata, terbang negeri jauh.
Ternyata
bejana besar itu jauh di perkampungan non muslim yang belum dia kenal. Mereka
takjub dan bertanya-tanya tentang sebab musabab peristiwa itu. Penguasa itu pun
bertutur tentang keangkuhannya. Akhirnya kaum perkampungan itu insyaf dan
berbondong-bondong memeluk agama islam.
“begitulah ketika Allah memberi
Hidayah, petunjuk kebenaran kepada
Seseorang pun yang dapat menghalang-halangi,”