I.
PENDAHULUAN
Agama Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang
mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang
sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan
dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya
diantara peran-peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada
kebaikan, nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan
peringatan) terhadap yang bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang
dapat menimbulkan kemurkaan Allah Azza wa
Jalla, serta yang menjauhkan dari
rahmat-Nya.Perkara al-amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh
berbuat yang ma’ruf dan melarang kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.
Dimana para ulama menganggapnya sebagai rukun keenam dari rukun Islam.[1]
II.
RUMUSAN MASALAH
- Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
- Perintah amar ma`ruf nahi mungkar.
- Karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.
- Penurunan azab menimpa masyarakat.
- Manfaat melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
- Akibat mengabaikan perintah amar ma'ruf dan nahimunkar.
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian amar ma`ruf nahimungkar.
Yang dimaksud amar
ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk bertahuid kepada
Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia,
sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan.[2] Atau makruf adalah setiap pekerjaan
(urusan yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya.
Termasuk segala yang wajib yang mandub. Makruf juga diartikan kesadaran,
keakraban, persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber
dari agama Allah dan syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh
syara’, termasuk segala yang haram, segala yang makruh, dan segala yang dibenci
oleh Allah SWT.
Allah berfirman:
وتعاونواعلى
البروالتقوى ولاتعاونواعلى الاثم والعدوان
“Tolong
menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. 5 Al Maidah: 2)
Termasuk tolong
menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan untuk kesana , menutup jalan kejahatan dan
permusuhan dengan tetap mempertimbangkan kemumgkinan-kemungkinan yang akan
terjadi.[3]
Kalau kita tidak sanggup mencegahnya
atau takut akan membahayakan diri sendiri, kita berusaha memberikan nasihat,
kita pergunakan akal kita agar dia membatalkan niatnya.
B.
Perintah Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.
Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan
Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar
akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang
mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Bahkan Allah swt beserta
RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak melaksanakannya
sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.[4]
Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul
Ad-Din, dengan dicapai tujuan perutusan (bi;tsah) para nabi. Hal itu
berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran :104.
وَلْتَكُن منْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنْكَرِ وَأُوْلَـٰئِكَ
هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ.(آل عمران:104)
“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dan merekalah termasuk orang-orang yang beruntung”
Dan sesungguhnya saya
mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak aniyaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkina
besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, yang disebabkan oleh
perbuatan mereka itu sendiri.[5]
عن ابى سعيد الخد
رى رضى الله عنه قا ل: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من راى منكم منكرا
فليغيره بيده, فان لم يستطع فبلسانه , فا ن لم يستطع فبقلبه, وذلك اضعف الا يمان (رواه
مسلم)
“Dari Abu Said al Khudry ra berkata,”Aku
pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,”Barang siapa dari kalian melihat
kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, apabila tidak bisa maka
dengan lisannya, apabila tidak bisa maka dengan hatinya, dan demikian itu
adalah selemah-lemahnya iman.”
(HR Muslim)
Maksudnya lemah
dari segi perbuatan orang-orang beriman. Kata sebagian ulama: maksud mencegah
dengan tangan ialah khusus bagi para pemimpin yng dengan lisan untuk para
ulama, dan yang dengan hayi khusus untuk para orang awam(umum). Katanya: dan
orang yang mampu melakukannya sama dengan kewajiban memberantas kemunkaran.
Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar
ma’ruf nahi munkar:
1.
Memerintahkan
yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter orang
mukmin.
2.
Memerintahkan yang munkar dan
melarang yang ma’ruf, atau dinamakan
karakter orang munafik.
3.
Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar,
dan melarang sebagian yang ma’ruf dan munkar. Ini adalah karakter orang yang
suka berbuat dosa dan maksiat.[6]
Dengan melihat ketiga karakter
tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar ma’ruf nahi munkar bukanlah
hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun merupakan
kewajiban setiap muslim. Dan ini
merupakan salah satu kewajiban penting yang diamanahkan Rasulullah SAW kepada
seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Rasulullah
mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia harus mengubah
dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya'
Ulumuddin, beliau menekankan, bahwa aktivitas "amar ma'ruf dan
nahi munkar" adalah kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu
yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika
aktivitas 'amar
ma'ruf nahi munkar' hilang, maka syiar kenabian hilang, agama
menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan
binasa. Begitu juga umat secara keseluruhan.
D. Penurunan azab menimpa masyarakat
Apabila
manusia melihat kemunkaran dan tidak
bisa merubahnya, Dikawatirkan Allah akan
melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.[7]
Seperti kisah
bani israil yang ada dalam Al-qur’an:
لعن الذين كفروامن بنى اسراءيل على لسان
داودوعيس ابن مريم دلك بماعصواوكانوابعتدون
كانوالايتناهون عن منكرفعلوه لبءس ماكانوايفعلون
“Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani
Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan
mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S Almaidah: 78-79).”
Dalam hadits Rasulullah
SAW bersabda :
عن ابى بكر الصد
يق انه قال ايها الناس انكم تقرءون هذه الاية (يا ايهاالذين امنوا عليكم انفسكم لا
يضركم من ضل اذا اهتديتم ) واني سمعت ان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقو ل ان الناس
اذا راوا الظا لم فلم يا خذوا على يديه او شك ان يعمهم الله بعقا ب منه ( اخر جه التر
مذ ي في كتا ب الفتن)
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata :
Wahai manusia, hendaklah kalian membaca ayat ini : “Hai orang-orang yang
beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan sesungguhnya saya
mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-orang melihat
orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka kemungkinan
besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan
tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasa’i).[8]
E. Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan.
1.
Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin
2.
Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang
melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar, yaitu, orang-orang yang lahir dari umat
terbaik (umat muslim)
3.
Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh
4.
Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita
mencegah perbuatan buruk (munkar).
5.
Kita akan menjadi orang-orang yang meraih
kemenangan.
6.
Allah akan memberikan rahmat dan
karunianya kepada kaum tersebut, sehingga tercipta kerukunan, kedamaian dan
ketentraman.
7.
Akan dijauhkan dari Azab Allah.
8.
Ilmu yang dibawa oleh para ulama (sebagai
pewaris para nabi) akan terjaga dengan baik, sehingga dijauhkan dari kesesatan
dalam menuntut ilmu, yaitu niat/motivasi yang salah dan belajar pada orang yang
salah. Dengan terjaganya para ulama yang sholeh, maka akan lahirlah umara
(penguasa) yang baik dan mampu memimpin umatnya dengan adil. Keempat,
bila seseorang sudah menjalankan amar ma’ruf dan nahi munkar, maka hatinya akan
tenang dan termotivasi untuk menjalankan kehidupannya lebih baik lagi dari hari
ke hari.[9]
Namun tidak bisa dipungkiri, saat ini kema’rufan telah ‘digerus’ oleh
derasnya arus kemunkaran. Hal ini
terjadi karena kemunkaran telah dibungkus dengan performa yang menarik,
sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat mampu menikmatinya. Begitu mudahnya
kemunkaran sudah masuk dalam celah-celah sempit dalam rumah melalui media cetak
dan elektronik, yang setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat. Tentu ini sangat
berbahaya, karena kemunkaran/kebathilan yang secara terus-menerus disuguhkan
dan diinformasikan, apalagi didesain dengan performa yang menarik, maka sangat
mungkin kemunkaran itu akan dianggap sebagai kebaikan dan kemudian dijadikan
sebagai kebiasaan.
Untuk
menghadang arus kemunkaran ini diperlukan benteng yang kokoh, yaitu dari diri
kaum muslim sendiri yang harus sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba
Allah. Kesadaran inilah yang akan mengantarkannya untuk menjadi seorang yang
muttaqin, dan mampu menjalankan amar ma’ruf nahi munkar dengan baik.
Ketika kita
ingin menyelamatkan umat secara keseluruhan dari bahaya kemunkaran, maka
hendaklah dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita. Dan jika Allah dan Rasul
Nya telah memberikan rambu-rambu yang tegas dan jelas, maka sebagai seorang
muslim yang taat sudah sepatutnya untuk berucap sami’na wa atho’na.
Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya
amar ma'ruf dan nahy munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan
amar ma'ruf dan nahy munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak
dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang mengabaikan dan tidak melaksanakannya
akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang mengabaikan perintah amar
ma'ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai hukuman kepada umat
itu. Berikut ini akan disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan oleh
Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Al-Amru Bil-Ma'ruf Wan-Nahyu
'Anil-Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah .
1.
Azab yang menyeluruh
Apabila
kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan
orang-orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan
tersebut, maka Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh
baik orang-orang yang jahat maupun orang-orang yang
shalih. Firman Allah yang artinya:
Dan peliharalah
dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya
(QS.Al-Anfal : 25 ).
Imam
Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari Zainab binti
Jahsy bahwa ia bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa padahal di
tengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih?
Rasulullah saw.
menjawab : " Ya, apabila kemaksitan telah merajalela".
Abu Bakar r.a. berkata
: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya jika
orang-orang melihat orang yang berbuat zalim lalu tidak mencegahnya , maka
hampir saja menimpakan siksa secara menyeluruh kepada mereka.(HR. Tirmidzi).
2.
Tidak dikabulkannya
do'a orang-orang yang shalih
Apabila
suatu masyarakat mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar serta tidak mencegah
orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do'a mereka.
Sabda
Rasulullah saw: Demi
dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa kepadamu
kemudian kamu berdo'a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi).
3.
Berhak mendapatkan
laknat
Di
antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar adalah berhak
mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah
menimpa Bani Israil ketika mengabaikan amar ma'ruf dan nahy munkar.
Abu
Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud
ia berkata :Rasulullah saw. bersabda : " Pertama kerusakan yang terjadi
pada Bani Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat
kejahatan ditegur : wahai fulan, berertqwalah pada Allah dan tinggalkan
perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu tidak halal bagimu, kemudian
pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia tidak
menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka
ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana
firman Allah :
"Telah dilaknati
orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra Maryam.
sampai firman Allah ( tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik) .
Kemudian Nabi bersabda : " Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi
Allah, kamu harus menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar dan
mencegah orang yang berbuat zalim, kamu harus mengembalikannya ke jalan hak,
dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau kalau tidak, Allah akan menutup hatimu,
kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat mereka ".
4.
Timbulnya perpecahan
Sudah
merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling keji
dapat menjauhkan syari'at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya
hukum-hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang
diam, tidak mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan
perpecahan dan permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan
pembunuhan dan menumpahkan darah.
5.
Pemusnahan mental
Sebagai
kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat beliau secara
fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi Hud,
Shalih, Nuh, Luth dan Syu'aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai
perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara
mental. Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan
hidup, sekalipun melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran
dan kebinasaan, namun walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di
sisi Allah tidak ada nilainya sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut,
serta kawan-kawannya tidak merasa hormat . Inilah yang diberitakan Rasulullah
saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak mencegah orang yang
berbuat zalim.[10]
DAPATKAN FILE LENGKAPNYA
[2]
Ahmad Iwudh Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, (Bandung:
Mizan Pustaka, 2006) hlm.224
[6]
Muhammad Jamaludin Qasyimi, Roudhlotul
Mu’minin terjemah Abu Ridho.
(Semarang: Assyifa. 1993) hlm. 373
[7]
Ali Usman Dahlan. Hadits Qudsy Pola Pembinaan Akhlak Muslim.(Bandung:
CV. Diponegoro, tt) hlm, 373
[8]
Imam Tirmidhi, Sunan At Tirmidhi,
(Bairut: Darul Kutub Al- Ilmiyah) hlm. 69