Teori-teori Emosi
Ada beberapa teori utama tentang pengalaman emosional, salah satu yang
paling terkenal adalah teori James/Lange. Teori ini menyatakan bahwa
pengalaman akan emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap arousal
fisiologis ( pada sistem saraf otonomik) serta terhadap perilaku tampaknya (
overt behaviour-nya ) sendiri. Dengan demikian, saat kau melihat beruang dan
kemudian berlari ; interpretasimu menghasilkan pengalaman emosional takut.
Berbeda dengan teori emosi Cannon/Bard. Teori ini beranggapan bahwa
arousal otonomik terlampau lamban sehingga tak bisa dipakai untuk menjelaskan
terjadinya perubahan dalam pengalaman emosional. Sebaliknya, pengalaman emosional yang sadar
dihasilkan oleh stimulasi langsung atas pusat-pusat otak di korteks.
Teori emosi Schachter/Singer umumnya
ditampilkan sebagai teori yang terfokus pada peran interpretasi kognitif. Teori
ini melihat bahwa pengalaman-pengalaman pengalaman emosional tergantung hanya
pada interpretasi seseorang terhadap lingkungan di mana ia mengalami arousal.
Menurut teori ini, emosi tidak terdeferensiasi secara fisiologis. Sebaliknya,
yang penting dalam produksi pengalaman emosional adalah bagaimana seseorang
menginterpretasi kejadian yang dialami. Emosi adalah pelabelan atas arousal
atau perilaku dalam sebuah situasi.
Beberapa teori
yang umumnya disampaikan dalam pengantar psikologi, termasuk beberapa seperti teorinya
Ekaman, Izard, Tompkins, Plutchik. Teorinya Thomkins misalnya menyatakan bahwa
emosi bersifat adaptif secara evolusioner dan bahwa ekspresinya merupakan
bawaan biologis dan bersifat universal pada semua orang di budaya manapun.
Penelitian Ekman dan Izard menunjukkan bahwa setidaknya terdapat enam ekspresi
wajah emosi yang pankultural atau universal, yaitu: marah, jiik, takut, sedih,
dan terkejut.
Di samping
beberapa perbedaan diantar mereka, ada kesamaan penting dalam pandangan tentang
emosi yang terimplikasi dari teori-teori tersebut. Misalnya, semua melihat
adanya peran sentral bagi pengalaman emosi subjektif bagi perasaan bathin
(inner feeling) seseorang. Teori James/Lange,Cannon/Bard, dan Scahcter/ Singer
sama sama mencoba menjelaskan sifat kondisi dalam diri yang subjektif yang kita
sebut emosi. Teori-teori ekspresi emosional yang evolusioner juga memberi peran
sentral pada persaan bathin (inner feeling)
tersebut, karena ekspresi emosional dilihat sebagai tampilan luar dari
pengalaman bathin tersebut.
Tema umum lain yang muncul dalam teori-teori
emosi adalah pentingnya pelabelan emosi, atau apa yang kita anggap sebagai
emosi. Teori James/Lange, Cannon/Bard, dan Scahcter/Singer, misalnya sama sama
melihat bahwa proses pelabelan sebagai bagian yang penting dan integral dari
emosi. Teori-teori evolusioner, untuk sebagian besarnya, di dasarkan pada
studi-studi yang mengandalkan pelabelan ekspresi wajah dari suatu emosi sebagi
bukti adanya keuniversalan.[1]
[1]
David
Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya, PT. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2004, hal.179-180